Wednesday, December 17, 2008

Pindahkan Ibu Kota NKRI






JAKARTA, SELASA - Pembangunan Indonesia yang terjadi saat ini tidak seimbang. Sekitar 80 persen industri terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang luasnya hanya 6,8 persen dari daratan Indonesia. Padahal, daya dukung lingkungan dan sumber daya air di Jawa sudah mencapai titik yang memprihatikan dan tidak layak memenuhi kebutuhan penduduknya yang mencapai 59 persen dari total populasi Indonesia.

Demikian juga dengan Jakarta, yang masih didera oleh berbagai masalah, seperti banjir, kemacetan, urbanisasi, serta tingkat kriminalitas yang tinggi. Biaya yang harus ditanggung akibat kemacetan di Jakarta mencapai Rp 43 triliun per tahun.

Maka itu, pengajar ekonomi politik di jurusan Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, kembali mengangkat wacana perlunya pemindahan ibu kota Indonesia ke wilayah Kalimantan Timur atau Kalimantan Tengah.

"Pemindahan ibu kota dapat turut menggerakkan tumbuhnya keseimbangan pembangunan antarwilayah dan mencegah semakin parahnya dampak kongesti pemakaian prasarana transportasi di Jawa," ujar Andrinof dalam peluncuran Visi Indonesia 2033, Selasa (9/12) di Jakarta.

Menurutnya, Kalimantan memiliki posisi yang strategis di Indonesia, karena tidak terlalu ke Barat maupun Timur. Andrinof melanjutkan, program-program pemercepatan pemerataan, seperti program transmigrasi, percepatan pembangunan daerah tertinggal tidak efektif, serta hanya menimbulkan pemborosan anggaran, sepanjang pemerintah hanya fokus melakukan pembangunan di pulau Jawa, yang hanya memberikan manfaat kepada segelintir pihak.

Ia menambahkan, berdasarkan perhitungannya, biaya memindahkan ibu kota dapat mencapai Rp 50 triliun. Pihak yang mengatakan bahwa angka tersebut terlalu tinggi, kata Andrinof, terlalu menyederhanakan masalah. "Biaya pembangunan tersebut memang tinggi, tapi ini sekali lempar. Sedangkan biaya kemacetan di Jakarta, Rp 43 triliun, harus ditanggung setiap tahun," kata Andrinof.

Dengan biaya tersebut, pemerintah dapat melakukan efisiensi dan menggerakkan pertumbuhan moda transportasi udara dan laut nasional, memperkuat ekonomi, menghilangkan faktor penyebab struktural urbanisasi, dan migrasi penduduk ke Jawa.

====================================================================================



Wacana pemindahan ibu kota RI sudah dimunculkan oleh Presiden Sukarno. Pusat pemerintahan yg dibangun oleh belanda yaitu di Batavia dan Surabaya dianggap sudah tidak sesuai, padat (sekarang lebih parah sekali >.< ) dan bernuansa kolonial. Selain itu pembangunan akan dianggap tidak merata (sampe sekarang jg terbukti gak pernah merata yach :-P )

Calon ibu kota tersebut oleh Sukarno adalah Palangkaraya. Pada saat itu masih bagian dari Kalimantan Selatan, namun kemudian dipecah menjadi propinsi sendiri yaitu Kalimantan Tengah. Ada pula yg menyatakan pemekaran propinsi tersebut karena konflik antara warga Dayak dan Banjar. Lokasi dianggap strategis, karena bebas gempa, tidak ada gunung merapi, kontur yg landai, serta posisinya kurang lebih di tengah2 kepulauan nusantara. Sehingga diharapkan dapat menjadi lokasi strategis utk menjadi ibu kota yg baru, dasar pembangungan merata, dan ditata dari awal lagi. Namun karena peralihan kekuasaan terlanjur terjadi, akhirnya tidak jadi. Sisa persiapan kota dapat dilihat dari jalan raya yg lebar dan saluran pembuangan air.

Sepertinya wacana ini perlu benar2 dijalankan, karena pembangunan sangat tidak merata. Jawa sudah sangat padat, sulit utk ditata kembali. Selain itu agar rasa nasionalisme “tersentak” karena dpt lebih mudah melihat majunya pembangunan negeri tetangga. Hubungan intersional lebih dekat dg S'pore, Malay, dan Brunei......sangat strategis dan menguntungkan.

Sebutan pulau "Kalimantan" hanya dikenal utk wilayah Indonesia, Malaysia sendiri mengenalnya sebagai "Malaysia Timur" dan masyarakat internasional ttp mengenalnya sebagai "Borneo", berakar dari bahasa Belanda. Unik lagi pulau Borneo adalah salah satu dari pulau terbesar di dunia yg didalamnya berdiri 3 negara, hebat yach ;) Bagian utara terbagi Malaysia Timur (Sarawak, Sabah), Brunei Darussalam (Belait, Brunei and Muara,Temburong, Tutong), serta Indonesia (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan). Brunei menyandang predikat negara terkaya, dg sumber minyaknya yg melimpah.

• Kuching, (765,430 people) Sarawak (2008)
• Balikpapan, (722,810 people) and metropolitan (1,987,000 people) Kalimantan (2008)
• Kota Kinabalu, (549,880 people) and metropolitan (900,000 people) Sabah (2008)
• Sandakan, (436,098 people) Sabah (2008)
• Bandar Seri Begawan, (158,110 people) and metropolitan (483,000 people) Brunei (2008)
• Tawau, (248,011 people) Sabah (2008)
• Banjarmasin (247,000 people) Kalimantan (2008)
• Pontianak (233,880 people) Kalimantan (2008)
• Kuala Belait (98,116 people) and metropolitan (245,800 people) Brunei (2008)
• Miri (229,550 people) Sarawak (2008)
• Sibu (209,910 people) Sarawak (2008)
• Jerudong (94,899 people) metropolitan (483,000 people) Brunei (2008)

Saya akan membahas ketiga negara tersebut satu per satu……

No comments:

Post a Comment